MAKALAH
NOMOR LARI SPRINT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lari jarak pendek merupakan jenis lari yang bergengsi dan paling
banyak digemari. Lari jarak pendek adalah nomor lari dengan kecepatan penuh
sepanjang jarak yang harus ditempuh yang meliputi lari jarak 100 meter, 200
meter dan 400 meter. Prestasi siswa dalam lari jarak pendek akan dapat
meningkat apabila peredaran darah, sistem syaraf, dan sifat-sifat dasar fisik
serta kecepatan, kemudahan gerak, kecekatan, dan ketangkasan meningkat. Upaya
untuk meningkatkan semua itu diperlukan latihan yang terprogram dan sistematis.
Latihan adalah sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu
tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Karena itu, latihan
tidak hanya menyajikan pengulangan secara mekanis saja, tetapi proses
pengulangan yang dilakukan secara sadar dan terarahkan sesuai dengan kemampuan
siswa. Dengan demikian, maka untuk mencapai prestasi siswa yang maksimal dalam
nomor lari jarak pendek pun dibutuhkan latihan yang cukup dan penguasaan teknik
yang benar.
Untuk mencapai prestasi yang
maksimal tersebut para siswa harus memahami fase-fase lari lari jarak pendek.
Jarver (1986:59) menjelaskan bahwa ada empat fase yang mempengaruhi
prestasi lari jarak pendek yaitu :
(1) fase start yaitu kecepatan reaksi,
(2) fase percepatan positif yang menentukan adalah kekuatan tungkai,
(3) fase lari dengan kecepatan maksimal adalah panjang langkah, frekuensi
langkah, teknik dan koordinasi,
(4) dan fase daya tahan kecepatan.
Metode latihan yang digunakan dalam latihan lari jarak pendek diantaranya
metode interval training. Metoede interval training merupakan bentuk latihan
yang diselingi oleh periode istirahat. Periode istirahat ada dua jenis yaitu
istirahat aktif dan istirahat pasif. Dalam istirahat aktif, para siswa
diharuskan selalu bergerak dengan melakukan latihan-latihan kecil atau dengan
melakukan gerakan-gerakan untuk mengendorkan otot-otot supaya siap kembali
melakukan latihan yang sebenarnya. Sedangkan dalam istirahat pasif para siswa
diminta untuk tidak melakukan gerakan apapun. Siswa disuruh diam dan tidak menegangkan
otot-otot kaki. Kaki para siswa diusahakan serileks mungkin.
1.2 Masalah dan Pemecahan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh interval training dengan
istirahat aktif dan interval training dengan istirahat pasif dalam
lari 100 meter pada. Pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian eksperimen.
1.3 Tujuan Penelitian dan Harapan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui
apakah pengaruh interval training dengan istirahat aktif akan lebih efektif
jika dibandingkan dengan interval training dengan istirahat pasif
dalam lari 100 meter pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor.
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan pedoman bagi para
pembina, pelatih, guru bidang studi Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan
tentang bagaimana cara meningkatkan kecepatan lari jarak pendek 100
meter.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi eksperimen
yaitu metoede yang dengan sengaja menimbulkan variabel-variabel dan
selanjutnya dikontrol untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar,
(Arikunto, 1998:89). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen yang sebenarnya yaitu eksperimen yang menggunakan kelas kontrol.
Kelas kontrol adalah kelompok belajar yang diberikan perlakuan yang berbeda
dengan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas ujicoba yang diberikan
perlakukan yang sedang diujicobakan.
“Tes adalah suatu pengukuran terhadap penguasaan kemampuan-kemampuan
tertentu yang merupakan tujuan pembelajaran. Tes merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran.Tes bukan sekedar alat penilaian,
melainkan memainkan peranan penting dan menentukan hasil pembelajaran,”
(Azwar,1987:23). Pengukuran kemampuan yang dilakukan selama pembelajaran
sebanyak tiga kali. Dengan cara demikian, maka peningkatan hasil belajar
dapat diketahui dengan pasti. Azwar (1987:12) menjelaskan bahwa “Tes yang
dilakukan dalam proses pembelajaran disebut tes prestasi yaitu tes untuk
mengukur prestasi siswa. Hasilnya merupakan cerminan terhadap apa yang
telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran.”
Hasil tes yang dilakukan untuk mengukur peningkatan kemampuan lari 100
meter sebagai hasil pembelajaran sebanyak tiga kali. Selanjutnya, hasil tes
tersebut diolah dengan dua cara sebagai berikut. Pertama membandingkan
hasil tes pertama, kedua, dan ketiga dari kelompok A dengan kelompok B.
Kedua membandingkan hasil rata-rata kelompok A dengan kelompok B.
Kemudian, hasil perbandingan-perbandingan tersebut diubah ke dalam diagram
batang dan diagram lingkaran untuk memudahkan melihat peningkatan prestasi
kedua kelompok yang diberikan perlakuan yang berbeda dalam lari 100 meter.
BAB II
2.1 Lari Jarak Pendek
Lari jarak pendek adalah berlari dengan
kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh, atau sampai jarak yang
telah ditentukan. Lari jarak pendek terdiri dari lari 100 m, 200 m, 400 m.
secara teknis sama. yang membedakan hanyalah pada penghematan penggunaan
tenaga, karena perbedaan jarak yang harus ditempuh. Makin jauh jarak yang harus
ditempuh makin banyak tenaga yang harus dibutuhkan.
Gerakan lari jarak pendek
dibagi menjadi tiga tahap ialah: star, gerakan lari cepat (sprint),
gerakan finis.
1) Start
Dalam perlombaan lari, ada
tiga cara star, ialah :
o star berdiri (standing start)
o star jongkok (crouching start)
o start melayang (flying start) dilakukan hanya
untuk pelari ke II, III dan IV dalam lari estapet 4 x 100 m.
2) Teknik Start
Sikap start pada aba-aba
bersedia Pada aba-aba bersedia pelari maju menuju garis start untuk menempatkan kaki
tumpu pada balok start, kaki yang kuat diletakan di depan. letakkan tangan
tepat di belakang garis start.
Hal-hal yang penting dalam sikap start:
- Letak tangan
lebih lebar sedikit dari bahu, jari-jari dan ibu jari membentuk
huruf V terbalik, bahu condong ke depan/sedikit di depan tangan,
lengan lurus.
- Kepala
sedemikian rupa sehingga leher tidak tegang, mata memandang ke lintasan
kira-kira 2m atau pandangan di antara kedua lengan menghadap garis star.
- Tubuh rileks/
tidak kaku
- Pikiran
dipusatkan pada aba-aba berikutnya.
- Jarak letak
kaki terhadap garis star tergantung dari bentuk sikap yang dipegunakan
3) Bunch start
Letak kaki belakang terpisah
kira-kira 25 – 30 cm. ujung kaki belakang ditempatkan segaris dengan tumit kaki
muka bila dalam sikap berdiri. Jarak kaki dari garis star kira-kira: kaki depan
45 cm, kaki belakang 70 cm, tergantung dari panjang tungkai.
4) Medium start
Pada waktu sikap berlutut,
letak lutut kaki belakang di samping ujung kaki depan, jarak kaki dari garis
star kira-kira kaki depan 37 cm, kaki belakng 85 cm, tergantung dari panjang
tungkai.
5) Medium elongated strat
Pada waktu sikap berlutut,
letak lutut kaki belakang di samping tengah-tengah lengkung telapak tangan kaki
depan, jarak kaki dari garis star kira-kira: kaki muka 35 cm, kaki belakang 90
cm, tergantung dari panjang tungkai
6) Elongated start
Pada waktu sikap lutut, letak
lutut kaki belakang di samping bagian belakang dari tumit kaki depan, jarak
kaki dai agis star kira-kira: kaki depan 32 cm, kaki belakang 100 cm,
tergantung dari panjang tungkai masing-masing pelari.
Gerakan pada aba-aba Siap
Angkat pinggul kearah atas
hingga sidikit lebih tinggi dari bahu, jadi garis punggung menurun kedepan.
Berat badan lebih kedepan. jaga keseimbngan sampai aba-aba berikutnya bunyi
pistol.
Kepala rendah, leher
tetap rileks (santai aja!), pandangan ke arah garis star di antara bawah
tangan. Lengan tetap lurus/ siku jangan bengkok. Pada waktu mengangkat pinggul
disertai dengan mengambil nafas dalam-dalam. yang paling penting konsentrasi
penuh pada bunyi pistol/ bunyi sempritan atau bunyi lainya yang disepakati
bersama.
Gerakan pada saat aba-aba Ya
atau Bunyi Pistol
Ayunkan lengan kiri ke depan
dan lengan kanan ke belakang kuat-kuat (gerakan lengan harus harmonis dengan
gerak kaki). Kaki kiri menolak kuat-kuat sampai terkadang lurus. kaki kanan
melangkah secepat mungkin, serendah mungkin mencapai tanah pada langkah
pertama. Berat badan harus meluncur lurus kedepan, dari sikap jongkok berubah
kesikap lari, berat badan harus naik sedikit demi sedikit tidak langsung tegak,
hindarkan gerakan ke samping. Langkah lari makin lama makin menjadi lebar, enam
sampai sembilan langkah pertama merupak langkah peralihan. Bernafas seperti
biasa, menahan nafas berarti menegakkan badan.
Suatu hal yang perlu mendapat perhatian sebelum melakukan star ialahpemanasan
dengan sebaik-baiknya, merangsang persendian dan meregang otot-otot ditambah
dengan gerakan lari cepat. Hal itu dilakukan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya cidera otot.
7) Gerakan finis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
pada waktu pelari mencapai finis.
Lari terus tanpa perubahan apapun. Dada dicondongkan ke depan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang, atau dalam bahasa jawa disebut ambyuk. Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan, yang lazim disebut The String.
Lari terus tanpa perubahan apapun. Dada dicondongkan ke depan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang, atau dalam bahasa jawa disebut ambyuk. Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan, yang lazim disebut The String.
Jarak 20 meter terakhir
sebelum garis finis meupakan perjungan untuk mencapai kemenangan dalam
perlombaan lari, maka yang perlu diperhatikan adalah kecepatan langkah, jangan
menengok lawan, jangan melompat, dan jangan perlambat langkah sebelum melewati
garis finis.
latihan maksimal (tambahan tenaga) tergantung pada tinggi, lama dan
seringnya tegangan otot. Suatu keuntungan dari latihan lari dengan tahanan
statis dijelaskan oleh Jonath (1988:21) adalah kelompok otot dapat dilatih
secara terarah. Dalam hal itu artinya besar sekali dalam pemulihan (rekuperasi,
misalnya atrofi-kelayuan sebagai akibat tak terpakainya suatu anggota tubuh)
karena efek latihan cepat sekali timbulnya.
Dalam penelitian ini, sebagai
beban statis (yang tidak dapat digerakkan) yang harus ditarik menggunakan alat
yang sederhana adalah Sebuah tiang dengan tinggi 2,5 meter. Tali elastis
yang terbuat dari ban dalam sepeda dengan panjang 94 cm, Sebuah kawat pengikat
(sebagai pengikat karet ban dalam sepeda ke tiang yang di pancangkan).
Pelaksanaannya tiang tersebut disimpan di belakang pelari, antara tiang dan
pelari tersebut dihubungkan dengan sebuah tali elastis yang terbuat dari ban
dalam sepeda. Tali tersebut dikaitkan ke bahu pelari, hal ini mengacu pada
pendapat Donnell dan Seagrave (1995:38) yaitu “Garis yang menghubungkan atlit
dengan alat yang ditarik atau ban harus diikat kencang pada bahu atlit, dan
bukan pada pinggangnya.” Kemudian setelah ada aba-aba maka pelari tersebut
melakukan gerakan lari sekuat mungkin seolah-olah ingin melepaskan diri dari
ikatan tali tersebut, jadi gerakannya merupakan gerakan lari di tempat.
Pada prinsipnya kedua bentuk latihan ini adalah sama yaitu melakukan
latihan lari sambil menarik beban, yang bertujuan untuk memberikan penambahan
kekuatan dan tenaga yang sangat diperlukan dalam percepatan akselerasi. Seperti
yang diungkapkan oleh Donnel dan Seagrave yang diterjemahkan oleh Suyono
(1995:25) yaitu: “… dengan tambahan beban, kita menambah massa sprinter dengan
efektif dan mengembangkan rangsangan untuk memperpendek jangkauan phenomena,
hasilnya adalah penambahan kekuatan dan tenaga.”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembuktian tersebut sesuai dengan pendapat Bompa (1990:79) yang menyatakan
bahwa intensitas latihan erat kaitannya dengan isi dan berat latihan.
Intensitas latihan berfungsi untuk membangun kekuatan yang digunakan dalam
waktu latihan dan kekuatan dari dorongan saraf tergantung dari beban, kecepatan
gerak, dan variasi interval dengan waktu istirahat dari
pengulangan-pengulangan.
Siswa yang melakukan istirahat aktif, akan selalu siap melakukan
gerakan-gerakan yang dapat mendukung latihan-latihan lari yang akan
dilakukannya kemudian. Karena kemampuan sistem pernapasan sudah dipersiapkan
pada waktu istirahat. Kemungkinan untuk cedera otot pun akan berkurang.
Sedangkan siswa yang melakukan istirahat pasif, tidak sama sekali melakukan
gerakan-gerakan yang mendukung latihan lari. Suhu tubuh siswa pun akan menurun,
sehingga pada waktu siswa akan melakukan kembali latihan maka kondisi
siswa pada posisi nol dan kemungkinan cedera pun akan terjadi.
2. Saran-saran
Makalah ini adalah
makalah atletik yang membahas tentang lari jarak pendek, diharapkan agar
atletik kedepannya lebi dipahami dan dilaksanakan untuk meningkan potensi siswa
dan para atlet yang unggul dan baik.
Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini kurang sempurna, maka penulis mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangundari para pembaca yang budiman, agar bembuatan
makalah kedepannya lebibaik, sekian dari penulis kami mengucapkan limpah
trimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (1993).
Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (1987). Tes Pretasi,
Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Liberty.
Balley, A. James. (1986)
Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina. Dahara Prize.
Departemen Pendidikan Nasional
(2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Penjasorkes. Jakarta, Depdiknas.
Harsono. (1988) Coaching dan
Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta, CV. Tambak Kusumah.
Jarver, J. (1986) Belajar dan
Berlatih Atletik. Bandung, PT. Pionir Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar