Selasa, 18 April 2017

PROPOSAL, ANGGARAN DAN SPONSOR KEGIATAN FUTSAL IKIP MATARAM CUP 2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ramat Nya yang telah memberikan kelancaran serta kemudahan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Tournament Futsal IKIP MATARAM Cup 2017.
Proposal ini disusun untuk memberikan informasi dan gambaran umum tentang berbagai kegiatan serta rencana yang telah ditetapkan.
Kami menyadari masih banyak terdapat keterbatasan dalam pelaksanaan kegiatan maupun penyampaian proposal, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun serta dukungan dari berbagai pihak berupa material maupun non material sangat kami sambut dengan tangan terbuka demi perbaikan di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga dengan tersampaikannya proposal ini dapat menggugah hati berbagai pihak untuk bekerja sama demi upaya pemberdayaan masyarakat melalui pemberian kesempatan peluang usaha dan peningkatan taraf hidup yang lebih baik.




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Perkembangan dunia olahraga di Kota/Kabupaten ini pada umumnya telah mengalami perkembangan pada beberapa tahun terakhir ini yang cukup memuaskan. Potensi-potensi muda telah bermunculan seiring dengan perkembangan dunia olahraga, hal ini tidak lepas dari peran serta dari beberapa pihak yang memberikan support dan ruang kepada para pelajar untuk mengaktualkan kreativitas dan sportivitas mereka dalam sebuah tournament/kompetisi.
            Oleh karena itu, maka kami menganggap bahwa potensi-potensi tersebut memerlukan ruang kepada para pelajar untuk berprestasi. Sehingga kami bermaksud untuk melaksanakan sebuah pertandingan futsal se-kabupaten Sidrap.
            Kesehatan adalah harta yang paling berharga, dengan berolahraga menjadikan kita senantiasa dalam keadaan bugar. Berolahraga sambil bermain terasa lebih menyenangkan. Olahraga paling digemari di muka bumi ini adalah sepak bola yang merupakan perpaduan dari berbagai macam olahraga karena menggunakan seluruh pergerakan badan, dan permainan, namun membutuhkan 22 (dua puluh dua) orang pemain dan lapangan sepak bola yang cukup luas yang kini semakin sulit ditemukan di kota-kota, karena alasan pembangunan. Oleh karena beberapa faktor ini, maka lahirlah olahraga sepak bola mini (mini soccer). Sepak bola mini dengan cepat diterima masyarakat di dunia dan berkembang dengan begitu pesat, sehingga banyak terdapat kompetisi yang diselenggarakan baik oleh FIFA ataupun pihak lainnya untuk lebih menyuburkan dan memasyarakatkan olahraga ini.
            Dalam rangka untuk memasyarakatkan dan menambah gairah pecinta olahraga sepak bola mini di kalangan masyarakat, maka kami sebagai panitia FUTSAL IKIP MATARAM Cup 2017 akan menyelenggarakan kompetisi sepak bola mini dengan harapan kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas olahraga sepak bola mini dan dapat menjadi wadah silaturahmi antara pencinta olahraga sepak bola mini.
            Turnamen FUTSAL IKIP MATARAM Cup 2017 ini dijadwalkan untuk menjadi agenda rutin tiap tahun di IKIP MATARAM, khususnya di desa Torobulu mengingat animo masyarakat terhadap olahraga sepak bola mini semakin meningkat akhir-akhir ini. Hal ini dapat dijadikan sebagai barometer untuk mengukur pemain sepak bola mini serta mencari bibit-bibit baru dengan ke depannya lebih melibatkan para remaja dan pemuda di Kata Mataram.

B.     Maksud dan Tujuan
1.     Untuk lebih memasyarakatkan olahraga sepak bola mini ke tengah-tengah masyarakat, dan mendukung program pemerintah, yaitu mengolahragakan masyarakat, maka kami berinisiatif akan mengadakan turnamen sepak bola mini se-Kota Mataram.
2.     Mengembangkan bakat dan potensi dari para generasi muda, sehingga daharapkan munculnya generasi muda untuk dapat dibina menjadi pemain yang handal membela daerah maupun negara.
3.     Menjauhkan generasi muda dari penyalahgunaan narkoba dan hal negatif lainnya, karena kurangnya kesadaran akan pentingnya berolahraga dan menjadikan olahraga bukan hanya sekedar hobi melainkan salah satu prioritas utama kebutuhan hidup yang sangat bermanfaat bagi kesehatan mental maupun jasmani.
4.     Menjadi media penyaluran bakat para pemuda untuk berprestasi.
5.     Turnamen ini diharapkan kelak menjadi agenda rutin dan dapat menjadi barometer klub-klub yang ada.
6.     Menjadi alternatif pengisi waktu dengan kegiatan positif.

C.    Tema
            Turnamen sepak bola mini IKIP MATARAM Cup 2017 yang memperebutkan Trophy  IKIP MATARAM Cup 2017 bertujuan menciptakan kegiatan positif untuk pelajar dan menjadi wadah untuk mencetak prestasi.

D.    Waktu dan Tempat Kegiatan
            Tanggal                       : 20-25 April 2017
            Waktu                         : 09.00 – 11.00 & 15.00 – 17.00
            Tempat                        : Lapangan GOR Turide Mataram
            Tempat Pendaftaran    : Gedung IKIP MATARAM
E.     Bentuk Kegiatan
1.    Pertandingan Futsal
        Dilaksanakan dalam bentuk kompetisi dengan menggunakan sistem pool pada saat penyisihan dan menggunakan sistem gugur pada putaran kedua.
2.    Best Suporter
        Kontes ini dilaksanakan untuk memotivasi suporter untuk mengeluarkan ekspresi mereka dalam mendukung tim kesayangannya.
3.    Top Score Player
        Pemain yang mencetak gol terbanyak dalam pertandingan ini.

F.     Teknis Pelaksanaan
1. Sistem setengah kompetisi pada babak penyisihan/putaran pertama.
2. Sistem gugur pada putaran kedua.
G.     Target Kegiatan
1. Munculnya kesadaran akan potensi dasar setiap pemuda.
2. Terciptanya kesadaran akan arti penting peran generasi pelanjut.
3. Meningkatkan daya kreatifitas dan sportivitas.
H.     Sumber dan Anggaran Kegiatan
            Sumber anggaran kegiatan ini meliputi kas organisasi, donatur, dan sponsor. Adapun anggaran kegiatan terlampir.





SUSUNAN PANITIA

            KETUA PELAKSANA                     : REKTOR IKIP MATARAM
            PENASEHAT                                    : AJRIADIN
            SEKERTARIS                                   : RAFIUN  
            BENDAHARA                                  : HEDER
            KETUA PANITIA                             : SUKIMAH

Seksi Sekretariat / Pendaftaran :
Koordinator      : Wahyudi
Anggota            : Heder           
                      
 Seksi Pertandingan :
Koordinator   : Sukimah
Anggota         : Ajriadin                  

Seksi Dana :
Koordinator      : Mursyid   
Anggota            : Kurniawan        
                             
Seksi Keamanan :
1.      Koramil Kota Mataram
2.      Polsek Mataram
3.      Panitia Pelaksana

Seksi Humas :
Koordinator         : Ikhsan      
Anggota               : Ismail       




PENYELENGGARA KERJASAMA
Taruna CUP 2017 merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh “IKIP MATARAM.”yang insya Allah berlangsung pada tanggal 20 April – 25 April 2017 bertempat di Lapangan GOR TURIDE MATARAM.
Kami dari panitia pelaksana kepada pihak perusahaan perorangan untuk menjadi sponsorship demi menyukseskan acara tersebut. Dengan mempromosikan produk atas jasa perusahaan sesuai yang disepakati bersama, adapun bentuk kerjasama yang kami tawarkan dan klasifikasi sponsor sebagai berikut :

SPONSOR TUNGGAL
            Sponsor tunggal adalah pihak yang memberikan bantuan kepada panitia pelaksana sebesar 70% dari total anggaran biaya pelaksana kegiatan tersebut, kontak prestasi yang diberikan panitia sebgai berikut :
1.      Pencantuman Nama dan Logo sebagai penyelenggara kerjasama Taruna CUP 2017.
2.      Pemasangan Nama dan Logo pada Baliho dipasang di tempat-tempat strategis yang menjadi sasaran mata (Eye Catching).
3.      Spanduk rentang, Pamflet / poster di tempat strategis.
4.      Pemasangan Nama dan Logo pada ID Card (Kartu Identitas).
SPONSOR UTAMA
            Sponsor utama adalah pihak yang memberikan bantuan financial pada panitia pelaksana sebesar 40% dari total anggaran biaya pelakaksanaan kegiatan tersebut. Kontak prestasi yang diberikan panitia sebagai berikut :
1.      Pemasangan Nama dan Logo sponsor pada Baliho di tempat strategis
2.      Spanduk rentang, pamflet/poster.
3.      Pemasangan nama dan Logo sponsor pada ID Card (Kartu Identitas).






ANGGARAN KEGIATAN
A.   Administrasi
1.       Kertas                            1 rim                        : Rp. 10.000;-  
2.      Stempel Panitia               2 buah                      : Rp. 20.000;-          
3.      Pengadaan Proposal       3 exp                        : Rp. 50.000;-        
4.      Formulir Pendaftaran      100 Lbr                    : Rp. 100.000;-
Jumlah                                                                        : Rp. 180.000;-    
B.    Perlengkapan
1.      Kostum Panitia           23 set Rp. 45.000                    : Rp. 1.035000;- 
2.      Bola                           5 buah Rp. 150.000                 : Rp. 750.000;-      
3.      Ring 1 set                   2 buah Rp. 1.000.000              : Rp. 2.000.000;-
4.      Jaring                         2 rol Rp. 100.000                     : Rp.  200.000;-  
5.       Penerangan                10 malam Rp. 170.000             : Rp.  1.700.000;-
            Jumlah                                                                       : Rp.5.000.000;-         
C.    Publikasi dan Dokumentasi 
1.      Baliho    2 buah : Rp. 500.000,-                                  : Rp.1.000.000;-  
2.      Spanduk     2   lbr   : Rp. 150.000,-                             : Rp. 300.000;-
3.      Dokumentasi                                                               : Rp. 350.000,-
            Jumlah                                                                         Rp.  2.200.000,-.

D.   Transportasi  
            Bensin                                                                         Rp.       850.000,-
            Jumlah                                                                        : Rp.     850.000,-

E.   Keamanan                                                                          Rp.     200.000,-
F.     Konsumsi dan Akomodasi                                                               
G.   Hadiah-Hadiah
1.      Juara I                           Tropy dan Uang Pembinaan   : Rp.  5.000.000;- 
2.      Juara II                          Tropy dan Uang Pembinaan   : Rp.  3.000.000;-
3.      Juara III                        Tropy dan Uang Pembinaan   : Rp.  2.000.000;- 
4.      Juara IV                        Tropy dan Uang Pembinaan   : Rp.  1.000.000
5.      The best Player              Tropy dan Uang Pembinaan  : Rp. 700.000,-     
6.      Top  scorrer                   Tropy dan Uang Pembinaan   : Rp. 500.000,-     
                                               Jumlah                                   : Rp. 12.200.000,- 
H.   Wasit
            Honor Wasit             6 Orang :Rp. 500.000             : Rp.  2.000.000,-



REKAPITULASI ANGGARAN
B.    ADMINISTRASI                                     : Rp.180.000,-  
C.    PERLENGKAPAN                                  : Rp.5.000.000,-    
D.   PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI      : Rp.2.200.000,-
E.    TRANSPORTASI                                     : Rp.850.000,-  
F.     KEAMANAN                                          : Rp.200.000,-  
G.   HADIAH                                                  : Rp.12.200.000,-    
H.   WASIT                                                      : Rp.2.000.000,-   
                                                T o t a l           :Rp 22.280.000,-



                                                BENDAHARA

     

                                                                                    HEDER





PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat sebagai sebuah refrensi bagi kita bersama untuk melakukan kerjasama nantinya. Atas perhatiannya kami mengucapkan banyak terimakasih, semoga mendapat respon dan dukungan yang positif dan semoga kegiatan ini nantinya dapat berjalan dengan baik.


Senin, 17 April 2017

PENGELOLAAN LAHAN KERING BERKELANJUTAN SUDUT PANDANG 3 ASPEK (EKONOMI, MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN)

MAKALAH
PENGELOLAAN LAHAN KERING BERKELANJUTAN SUDUT PANDANG 3 ASPEK (EKONOMI, MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN)













DI SUSUN OLEH

              NAMA     : IRFAN
              NIM        : 15.1.2.0284




FAKULTAS ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NADHLATUL WATHAN MATARAM TAHUN 2017



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang 

     Indonesia mempunyai asset nasional berupa pertanian lahan kering sekitar 111,4 juta ha atau 58,5% dari luas seluruh daratan (Notohadiprawiro, 1989).  Pertanian lahan kering mempunyai kondisi fisik dan potensi lahan sangat beragam dengan kondisi sosial ekonomi petani umumnya kurang mampu dengan sumberdaya lahan pertanian terbatas. Selanjutnya Sudharto et al. (1995 dalam Syam et al. 1996) mengemukakan bahwa lahan kering merupakan sumberdaya pertanian terbesar ditinjau dari segi luasnya, namun profil usahatani pada agroekosistem ini sebahagian masih diwarnai oleh rendahnya produksi yang berkaitan erat dengan rendahnya produktivitas lahan.  Di beberapa daerah telah terjadi degradasi lahan karena kurang cermatnya pengelolaan konvensional dan menyebabkan petani tidak mampu meningkatkan pendapatannya.  Berdasarkan kendala-kendala tersebut, maka untuk menjamin produksi pertanian yang cukup tinggi secara berkelanjutan diperlukan suatu konsep yang aktual dan  perencanaan yang tepat untuk memanfaatkan sumberdaya lahan khususnya lahan kering. 
     Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi) terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Untuk usaha pertanian lahan kering dapat dibagi dalam tiga jenis penggunaan lahan, yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan kering berbasis sayuran (dataran tinggi) dan pekarangan. Menurut Ford Foundation (1989), terdapat tiga permasalahan utama usahatani lahan kering, yaitu: erosi (terutama bila lahan miring dan tidak tertutup vegetasi secara rapat), kesuburan tanah (umumnya rendah sebagai akibat dari proses erosi yang berlanjut), dan ketersediaan air (sangat terbatas karena tergantung dari curah hujan). Ciri lainnya adalah makin menurunnya produktifitas lahan (leveling off), tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam, memudarnya modal sosial-ekonomi dan budaya, rendah atau tidak optimalnya adopsi teknologi maju, serta terbatasnya ketersediaan modal dan infrastruktur yang tidak sebaik di daerah sawah.
Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang dirancang secara sistematis menggunakan akal sehat dan usaha keras yang berkesinambungan sehingga pertanian itu sangat poduktif secara terus menerus, mer    CFupakan habitat tenaga kerja yang baik untuk jumlah yang besar dan meupakan suatu usaha yang menguntungkan.  Dengan demikian, pertanian semacam ini akan menghasilkan produksi pertanian yang cukup tinggi dan memberikan penghasilan yang layak bagi petani secara berkelanjutan, sehingga mereka dapat merancang masa depannya sendiri.  Disamping itu, juga harus menghasilkan spektrum produksi yang luas sehingga dapat menyediakan bahan baku berbagai agroindustri dan produk-produk eksport secara lestari.  Selanjutnya akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dengan pendapatan yang cukup tinggi, dengan demikian daerah pertanian ini akan menjadi penyerap hasil-hasil industri (Sinukaban, 1995).

1.2    Tujuan.
            Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk mengatahui Penerapan pertanian organik yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan di lahan kering





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 3 Aspek Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan
       1. Strategi Pengelolaan Lahan Kering Dari Aspek Biofisik
Aspek biofisik pada suatu sistem pengelolaan pertanian lahan kering meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan serta peningkatan kualitas dan produktivitas lahan. Paket teknologi alternatif yang akan diterapkan dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas lahan haruslah dapat memberikan kompensasi keterbatasan kemampuan alamiah lahan tersebut. Dalam hal ini teknologi yang sesuai adalah teknologi tepat guna yang mengutamakan daya dukung lahan, baik dilihat dari upaya mengeliminasi pengaruh erosi maupun faktor-faktor pembatas kesuburan tanah dan keterbatasan ketersediaan air.
Penerapan teknologi tersebut dapat berbeda antara wilayah tangkapan hujan (pluvial), wilayah konservasi air dan wilayah pengguna air.
Bagi wilayah tangkapan hujan, penerapan teknologinya ditujukan untuk:
1.    Memperbesar infiltrasi dan perkolasi untuk memperkaya air tanah dan debit sumber-sumber arteris.
2.    Mempertinggi daya simpan air tanah melalui penghijauan dan reboisasi
Pada wilayah konservasi air (freatik) difokuskan pada upaya sebagai berikut:
1.        Mencegah erosi lapisan tanah melalui penerapan sistem olah tanah konservasi, pemberian mulsa organik, pembuatan terasering dan pertanaman menurut kontur, system budidaya tanaman lorong (Alley cropping).
2.      Memperbesar daya tampungan air hujan dan air permukaan melalui pembuatan tandon air, bendungan dan embun. Hasil panenan air hujan di wilayah lahan kering dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air paska musim hujan.



Sedangkan implimentasi teknologi di wilayah pengguna air diarahkan pada tindakan :
a.     Meningkatkan efisiensi pemanfaatan air melalui pemilihan varietas         komoditas tanaman pangan yang toleran terhadap kekeringan, pengembangan pola pertanaman campuran pangan - legum serta rotasi tanaman
      b.     Merawat kesuburan tanah melalui konsep pengelolaan pertanian organik yang ramah lingkungan dan sistem olah tanah konservasi. Teknologi budidaya yang memadukan konsep efisiensi pemanfaatan air dan perawatan kesuburan tanah di lahan kering telah banyak tersedia.
2.  Strategi Pengelolaan Lahan Kering Dari Aspek Ekonomi
Tinjauan aspek ekonomi dalam kaitannya dengan pengembangan lahan kering sebagai lahan produktif meliputi: (a) Manfaat finansial dan ekonomi bagi unit pelaku usaha, dan (b) Manfaat secara luas bagi pengembangan ekonomi wilayah. Untuk itu diperlukan analisis kelayakan usaha ditinjau dari sudut kepentingan pelaku usaha dan kelayakan dari sudut kepentingan sosial ekonomi secara keseluruhan. Salah satu contohnya adalah introduksi teknologi budidaya konservasi di lahan kering melalui pengaturan pola tanam tumpang gilir legum- tanaman pangan disertai aplikasi keseimbangan pupuk anorganik-organik dan hayati dan pemanenan air hujan. Dengan demikian, strategi pengelolaan pertanian lahan kering tidak hanya sekedar berorientasi pada peningkatan produktivitas lahan tetapi harus merupakan strategi jangka panjang untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah/lingkungan.
3.  Strategi Pengelolaan Lahan Kering Dari Aspek Sosial-Budaya
a.    Aspek sosial-budaya yang menjadi prasyarat penting dalam pengembangan lahan kering adalah peran aktif masyarakat. Terkait dengan aspek ini, strategi pengelolaan lahan kering yang diterapkan harus mampu menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pertanian. Dalam hal ini diperlukan perlibatan berbagai pihak, pemerintah, LSM, investor dan tokoh informal masyarakat sebagai dinamisator. Bentuk-bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan SDM dapat dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan, ataupun penyampaian informasi lain yang dibutuhkan masyarakat. Dalam hubungannya dengan pencapian tujuan dari pengembangan lahan kering, hendaknya kegiatan penyuluhan ìni, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan serta pengendalian.
b.         Pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan serta pengendalian.
c.         Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung pengembangan kelembagaan.
d.        Penataan keterkaitan sosial dan ekonomi antara masyarakat daerah hulu dan hilir, antara masyarakat perkotaan dan pedesaan.
e.         Penegakan hukum yang mengatur pemanfaatan sumberdaya lahan.
f.          Pola pengembangan pertanian lahan kering seharusnya teragenda di dalam Renstra Pemerintah Daerah.

2.2  Sistem Tebas- Bakar Mengkritiskan Lahan Kering
            Kawasan lahan pertanian cukup luas dan merupakan lumbung makanan bagi masyarakat tani yang mengandalkan hidupnya dari hasil pertanian. Dengan demikian perlu ditemukan sistem pertanian yang paling sesuai dan bersifat melestarikan sumber daya alam pertanian yang merupakan kekayaan yang dimiliki petani.
     Hal ini perlu dikemukakan dan ditekankan mengingat sistem pertanian yang dilakukan di lahan kering sampai saat ini sebaian besar masih berupa tebas-bakar dan sudah mulai pada lahan yang tetap sama dari tahun ke tahun akibat semakin sempitnya lahan yang ada. Sistem tebas-bakar ini tidak begitu menjadi masalah apabila disertai dengan rotasi lahan dalam kurun waktu yang cukup lama (15 – 20 tahun). Namun kenyataan yang banyak dijumpai di Nusa Tenggara adalah lahan dibabat dan dibakar menjelang musim hujan setiap tahunnya tanpa metode pengawetan tanah, untuk ditanami jagung, padi ladang dll. . Kemiringan lahan yang cukup besar dengan curah hujan yang relatip banyak dan intensitas yang tinggi memperbesar timgkat erosi dn mempercepat terbentuknya tanah kritis.
            Maka perlu dipikirkan dan ditemukan alternatip sistem pertanian lainnya yang dapat diterapkan dilahan miring untuk sumber pangan berupa palawija namun tetap mampu berproduksi tinggi dan lestari. Salah satu dari sekian banyak sistem yang ada yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini adalah pertanian organik.
2.2  Pengertian Pertanian Organik.
            Menurut USDA Study Term on Organic Farming, pertanian organik dirangkum dalam pengertian sebagai berikut :
“Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi yang menghindari atau sangat membatasi penggunaan pupuk kimia (pabrik), pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan adiktif pakan”.

            Sampai tingkat maksimum yang dimungkinkan, sistem pertanian organik bersandar pada pergiliran tanaman, mendaur ulang sisa pertanaman, pupuk kandang atau kotoran ternak, legum, pupuk hijau, limbah organik dari luar usaha tani, kompos, penyiangan mekanik, batuan pengandung mineral dan aspek pengendalian hama secara biologis, untuk mempertahankan produktivitas dan kegemburan tanah, untuk memasok hara tanaman, dan untuk mengendalikan hama, gulma dan jasad merugikan lainnya (Yougberg & Dittel, 1984 dalam Rachman Sutanto, 1991).
            Dari pengertian diatas maka ynag dimaksud pertanian organik bukan berarti bertani yang masih primitip maupun ketinggalan jaman (tradisional) dan anti teknologi masukan tinggi seperti pupuk buatan maupun pestisida buatan, melainkan merupakan cara bertani yang berusaha menyelaraskan hubungan antara manusia dan lingkungan sehingga kerusakan yang mungkin terjadi pada lingkungan pertanian akibat penggunaan teknologi masukan tinggi dapat ditekan atau bahkan ditiadakan. Dalam pengertian ini maka manusia harus menyadari secara mendalam bahwa dirinya merupakan bagian dari alam sehingga kerusakan yang terjadi pada alam pertanian dengan sendirinya akan merusak dan mengancam kehidupan manusia. Pandangan yang utuh dan integral semacam ini sebenarnya sudah ada dalam masyarakat tani pedesaan, hanya saja mereka seringkali belum dapat menjelaskan secara nalar sehingga sering dijumpai dalam bentuk mitos maupun yang berbentuk mistik.



2.3  Pengenalan Dan Penerapan Pertanian Organik Di Lahan Kering.
            Dilapangan sering kita jumpai benturan kepentingan antara pembuat program, petugas lapangan pertanian (PPL) dengan para petani. Pada umumnya benturan terjadi karena adanya kesenjangan dalm hal pendapat, cara berpikir, pengetahuan, teknologi yang dikuasai maupun status sosial dsb.
            Sebagai contoh kasus pertama kesenjangan tersebut adalah pengenalan pupuk buatan pada petani didaerah pedesaan sering berjalan kurang mulus dan terjadi penolakan karena belum dikenalkan dengan pupuk tersebut dan belum tahu kegunaan maupun karena kurangnya informasi dari luar. Dalam kasus ini para pembuat program maupun PPL beranggapan bahwa kemajuan pertanian hanya dapat dicapai jika petani mau memakai pupuk buatan,. Dan sering terjadi penerapan penggunaan pupuk buatan oleh petani merupakan target kerja yang harus tercapai untuk meunjukkan prestasi kerja dan peningkatan karir. Sementara para petani yang kebanyakan berpendidikan rendah kurang cepat menerima penjelasan tentang cara-cara dan keuntungan penggunaan pupuk buatan. Maka jika program pemakaian pupuk buatan dipaksakan, mungkin akan terjadi pupuk buatan yang berharga hanya disimpan atau bahkan dibuang begitu saja.
     Dari kasus diatas kita dapat belajar bahwa tidak semua program pertanian yang berupa paket teknologi dapat diaplikasi oleh semua petani. Sebagai pembuat program dan PPL maka harus secepatnya mencari jalan tengah penyelesaian masalah tersebut.
Penggunaan pupuk alam baik pupuk kandang atau kotoran ternak, pupuk hijau, legum maupun limbah organik yang dikomposkan dapat menjadi alternatip penyelesaian masalah ini.
Keuntungan dari penggunaan pupuk alam ini sangat besar antara lain :
§  Para petani sederhana dapat memanfaatkan potensi lokal yang ada disekitarnya baik berupa kotoran ternak, legum, humus, rumput-rumputan dari gulma dsb.
§  Mengurangi tingkat pencemaran dari limbah rumah tangga dan meningkatkan kesehatan lingkungan karena semua sampah dikomposkan.
§  Mampu menekan ongkos produksi (efisiensi) karena tidak perlu membeli pupuk buatan serta mengurangi ketergantungan dari pihak luar (pabrik pupuk, penyalur/KUD dsb).
§  Pupuk alam mempunyai kelebihan dalam hal menyimpan lengas tanah sehingga melindungi terhadap kekeringan, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan unsur hara makro dan mikro, mengurangi erosi, mengatur pH, menambah kandungan mikroorganisme yang emmbantu proses biologis tanah dsb.
§  Para petani tertarik utnuk melaksanakan hutan-tani (Agroforestry) yakni suatu sistem produksi biologi yang dengan sengaja menggabungkan pohon dan ternak dengan pertanaman, ternak, atau faktor produksi pertanian lainnya seperti perkebunan, tanaman buah-buahan dsb. Pupuk hijau didapat dengan menanam tanaman legume yang sekaligus dapat berfungsi menahan erosi seperti kaliandra, gamal, turi, lamtoro dsb. Pupuk kandang didapatkan dari hasil kotoran ternak, sedangkan kompos didapat dari sisa pangkasan/cabutan gulma dengan kotoran segar.
            Memang dalam pelaksanaan tidak begitu mudah, karena ada anggapan bahwa petani yang menerapkan pertanian organik adalah petani yang anti pupuk buatan, bahkan mungkin dapat pula dituding anti pembangunan. Ada pula yang berpendapat bahwa penggunaan pupuk alam sudah ketinggalan jaman, tidak modern dsb, padahal dibalik pernyataan tersebut mungkin timbul kekhawatiran pendapatan/ keuntungan ditingkat pengecer pupuk, KUD bahkan menyangkut kelangsungan hidup pabrik pembuat pupuk buatan.
            Dan jika hal ini terjadi, maka seharusnya pihak petani yang harus dilindungi, dibela dan jangan disudutkan untuk dipaksa menggunakan pupuk buatan. Petani diberi kebebasan untuk mengelola lahan sesuai dengan prinsip yang dianutnya. Campur tangan yang terlalu banyak kedalam hidup petani jika tidak hati-hati akan sangat merugikan petani dan hal ini bertentangan dengan tujuan pembangunan pertanian yakni peningkatan taraf hidup petani dan keluarganya.
            Contoh kasus yang kedua adalah pengenalan dan penggunaan pestisida buatan/ pabrik pada masyarakat tani yang masih sederhana akan dapat menimbulkan masalah jika kurang hati-hati dalam pelaksanaannya. Kita tidak dapat mengingkari bahwa pestisida buatan sangat membantu dan menimbulkan manfaat yang luas terhadap kehidupan manusia apabila dugunakan secara bijaksana. Penggunaan pestisida yang sembarangan dan tidak menuruti aturan akan berdampak negatip yang meluas, merugikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang bagi kelangsungan hidup manusia. Harus disadari bahwa bagaimanapun hebat manfaat pestisida, kita tidak boleh lupa pestisida tetap mempunyai sifat meracun dan mempunyai daya bunuh yang tidak selektip, artinya selain selain membunuh organisme yang ditargetkan (misal wereng), namun juga akan membunuh organisme lainnya yang bukan sasaran (misal lebah madu), predator dll. Dampak negatip lainnya adalah kemungkinan terjadinya peledakan hama kembali., dan didapatkannya residu pestisida dalam berbagai komoditi pertanian dan berbagai kompoenn lingkungan (Nani Djuangsih, 1990).
     Dalam menghadapi masalah ini, pembuat program dan PPL harus bijak untuk menilai apakah masyarakat tani binaannya sudah dapat dan mampu mengelola dan menggunakan pestisida pabrik dengan baik atau belum. Jika belum, maka dapat dicari jalan untuk mengatasi hama dn penyakit dengan pengendalian cara lain yang lebih aman tanpa harus memaksa petani menggunakan pestisida pabrik yang beresiko cukup tinggi. Program Pengendalian Hama terpadu (PHT) yang sedang digalakkan pemerintah secara jelas menyatakan bahwa pestisida pabruik merupakan alternatip terakhir apabila cara pengendalian lain sudah tidak mampu lagi.   
     Pengendalian secara mekanis, fisis, budidaya, hayati, tanaman tahan sebaiknya dikenalkan lebih dulu kepada petani dan tidak menggunakan jalan pintas untuk langsung mengenalkan pestisida pabrik pada petani. Jadi usaha yang dilakukan pemerintah sekarang ini menuju ke pertanian lestari.

Dari kedua contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Perlu adanya kehati-hatian dalam mengenalkan paket bantuan teknologi tinggi seperti pupuk buatan, pestisida pabrik dll pada petani sederhana di Nusa Tenggara.
1.    Pertanian organik sangat relevan utnuk diterapkan dilahan kering Nusa Tenggara mengingat keuntungan yang diperoleh petani dan ketidaktergantungan petani pada pihak luar sehingga kenaikan harga saprotan tidak meresahkan petani kecil..
2.    Pertanian organik untuk pengembangannya dapat diarahkan menuju Wana-tani (Agroforestry).



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan 
            Keadaan geografis alam Indonesia yang sebagian besar lahan pertanian  yang sebagian lahan kering berupa pegunungan serta kondisi perekonomian masyarakat tani yang cenderung masih subsisten merupakan kendala bagi penerapan teknologi tinggi dan sebaiknya komsep pembangunan pertanian lebih diarahkan “kembali ke alam” memanfaatkan potensi lokal yang tersedia serta lebih menjamin kearah pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yakni konsep pertanian organik yang mengarah ke hutan tani. Konsep pertanian organik sudah lebih dikenal dan tidak asing lagi bagi masyarakat tani kecil.

3.2 Saran
            Semoga kita menyadari bahwa alam hanyalah titipan dari anak cucu kita yang harus dijaga kelestariannya sehingga kita tidak mewariskan masalah yang besar karena kesalahan dan keserakahan yang kita perbuat.





DAFTAR PUSTAKA
3.    http://lppm.ums.ac.id/index.php/berita-kegiatan/188-optimalisasi-lahan-kering-di-indonesia


PROPOSAL, ANGGARAN DAN SPONSOR KEGIATAN FUTSAL IKIP MATARAM CUP 2017

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ramat Nya yang telah memberikan kelancaran sert...